HIMAPBIO BIOSVER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

Selasa, 17 Oktober 2017

Pedoman Obelia 2017


Pedoman Obelia untuk Mahasiswa Baru program studi Pendidikan Biologi 2017, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Jember, dapat diunduh disini
Share:

Jumat, 21 Juli 2017

Misteri Otak Manusia

Otak merupakan bagian dari tubuh manusia yang kompleks dan sulit untuk dimengerti. Bagaimana otak bekerja dan bagaimana otak dapat memengaruhi tingkah laku manusia? Itu salah satu pertanyaan yang hingga kini belum dapat dijelaskan dengan gamblang.
Peneliti telah menggunakan berbagai cara, mulai dari teknologi paling konvensional hingga modern, demi memecahkan berbagai pertanyaan mengenai otak manusia. Namun, hasilnya, tetap saja ada beberapa hal yang belum terurai, menyisakan misteri sampai detik ini. Berikut beberapa misteri tentang otak:

Seberapa cepat otak manusia bekerja?
Pernahkah menyadari seberapa cepat seseorang bisa mengenali wajah orang lain, lagu, bahkan bau secara instan? Setiap orang akan punya jawaban yang berbeda-beda. Namun, para peneliti bertanya-tanya, seberapa cepat otak manusia bekerja dan memproses informasi? Otak mampu menyortir berbagai informasi dengan kecepatan yang luar biasa, kemudian menghasilkan satu pemikiran, tingkah laku, atau memori.

Dari mana asalnya kepribadian?
 Pernahkah terpikir dari mana asal kepribadian seseorang? Apakah benar kepribadian seseorang ditentukan oleh otak? Ataukah kepribadian dipengaruhi oleh gen, aspek psikologis, dan lingkungan? Lalu bagaimana bisa seseorang yang berada dalam kondisi yang sama lalu dapat memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda?

Mengapa seseorang tidur dan bermimpi?
Tidur jadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, tetapi mengapa? Tidak ada alasan pasti mengapa tidur bisa mengembalikan energi seseorang. Ini masih membuat peneliti kebingungan.
Sama halnya saat seseorang bermimipi. Peneliti mereka-reka dari mana asal muasal mimpi. Sejauh ini, mimpi masih menjadi misteri yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.

Bagaimana seseorang menyimpan memori?
Apa menu makan siangmu? Siapa pacar pertamamu? Kira-kira, di mana seluruh memori itu tersimpan sebelum secara sadar seseorang ingin mengingatnya?
Hampir seperti hard drive di komputer, memori tersimpan dalam otak. Namun, tak ada yang tahu pasti di mana memori itu berada saat seseorang tidak memikirkan mengenai memori tersebut.
Pertanyaan lainnya yang belum terpecahkan, bagaimana sebuah memori bisa hilang dan bahkan tergantikan dengan memori baru yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya?

Otak manusia seperti komputer?
Berhitung, mengingat, semua itu bisa dilakukan dengan otak. Lalu apa bedanya otak dengan komputer yang juga bisa melakukan hal yang serupa.
Otak bukanlah komputer karena fungsi otak membuat interaksi yang tak linear di antara miliaran sel. Otak manusia bisa mengalkulasikan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh komputer, seperti baik dan buruk suatu hal.

Bagaimana otak berkoordinasi?
Bagaimana seseorang bisa melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan? Bagaimana bisa orang membaca koran sambil menyeruput kopi ditambah mengetik pesan pada smartphone?
Tentu, otak punya peran di dalamnya. Otak mampu mengatur dan menyelaraskan berbagai aktivitas tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Namun, caranya masih menjadi teka-teki.

Apa itu kesadaran?
Pada saat-saat tertentu, seperti dalam kondisi tertidur, seseorang dikatakan tidak sadar. Sementara itu, saat terbangun, seseorang dikatakan dalam kondisi sadar. Namun, apa itu kesadaran?
Peneliti mengungkapkan bahwa kesadaran merupakan hasil dari interaksi kompleks yang terjadi di otak. Namun, ada pula yang berpikir bahwa kesadaran merupakan efek kuantum. Belum ada yang tahu pasti, apa itu kesadaran dan bagaimana hal tersebut terbentuk.

(Sumber: www.kompas.com)
Share:

Perangi Bakteri Modern, Ilmuwan Keluarkan Senjata Ampuh Zaman Jebot

 
Baru satu abad berlalu sejak antibiotik dianggap sebagai revolusi pengobatan dalam sejarah manusia. Namun, kini sisi buruk dari “revolusi” ini telah terungkap setelah bakteri-bakteri modern yang kebal antibiotik bermunculan di seluruh dunia.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) bahkan menyebut kekebalan bakteri sebagai “salah satu ancaman terbesar untuk kesehatan global, keamanan pangan, dan perkembangan masa kini” dan menurut Centers for Disease Control and Prevention, ada dua juta kasus dan 23.000 kematian akibat infeksi yang kebal antibiotik di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Untuk menangani hal ini, para ilmuwan pun mulai melihat kembali catatan mereka mengenai sebuah senjata ampuh dari awal 1900-an.
Disebut bacteriophage yang berarti “pemakan bakteri”, senjata ini sebenarnya tidak benar-benar memakan bakteri, melainkan virus yang menginfeksi bakteri kemudian meledakkannya dengan mereplika diri.
Kemampuan ini pertama kali diamati oleh ilmuwan Inggris, Frederick Twort, pada tahun 1915 dan dua tahun kemudian kembali dikonfirmasikan oleh pakar mikrobiologi Kanada dan Perancis, Felix d’Herelle.
Akan tetapi, bacteriophage sangat sulit untuk diisolasi, dimurnikan, dan diaplikasikan kepada manusia. Dikombinasikan dengan kemunculan antibiotik yang tersedia dalam jumlah banyak dan efektif membunuh bakteri, bacteriophage pun dengan segera dilupakan oleh dunia pengobatan.
Kini, senjata ampuh ini dibangkitkan kembali dengan nama baru, yakni terapi phage. Semakin banyak juga para pakar pengobatan yang menggunakan terapi ini untuk mengobati penyakit bakteri yang gagal diobati oleh antibiotik. Pada tahun 2016, misalnya, terapi ini terbukti mampu menyelamatkan seorang pria di San Diego yang seharusnya meninggal akibat penyakitnya. Sejak saat itu, kesuksesan demi kesuksesan dituai oleh terapi phage.
Carl Merril, mantal ilmuwan dari National Institutes of Health yang telah mempelajari bacteriophage selama 50 tahun mengatakan kepada The Washington Post 2 Juli 2017, kita benar-benar membutuhkan sesuatu untuk mengobati infeksi yang kebal antibiotik, jadi kita meniliki kembali virus-virus ini dengan pengetahuan dan teknologi yang baru.
Sayangnya, terapi phage maupun bacteriophage belum mendapatkan persetujuan meluas dari lembaga-lembaga kesehatan dunia seperti Food and Drug Administation (FDA) di AS untuk digunakan kepada manusia, kecuali dalam situasi yang mengancam jiwa seperti kasus pada tahun 2006. Namun, beberapa negara seperti Rusia dan Georgia telah menggunakannya sebagai alternatif dari antibiotik.
Cara Fiori, pakar mikrobiologi FDA, angkat bicara untuk menanggapi hal ini. Dia berkata bahwa walaupun FDA menyadari potensi bacteriophage sebagai terapi, data mengenai keefektifan terapi ini sangat terbatas, terutama karena kurangnya percobaan klinis yang benar-benar terkontrol.

Mudah ditemukan

Salah satu kelebihan dari bacteriophage adalah kemudahannya untuk ditemukan di mana saja, mulai dari selokan, air laut, tanah, sampai usus manusia. Bacteriophage juga jauh lebih banyak dari jenis virus mau pun organisme apa pun dan para peneliti mengestimasi adanya 10 juta triliun triliun bacteriophage di dunia.
“Usus kita dipenuhi jutaan bacteriophage yang terus-menerus mencoba untuk membunuh bakteri di dalam usus kita. Oleh karena itu, bakteri pun selalu berevolusi untuk menghindari phage yang mengejar mereka,” kata Robert T Schooley, ketua divisi penyakit menular di University of California.
Selain itu, berlawanan dengan antibiotik yang membunuh semua bakteri, termasuk yang menguntungkan kita, bacteriophage hanya menarget satu bakteri spesifik saja. Lalu, semakin sering digunakan, bacteriophage juga semakin sering mereplika dan semakin efektif dalam membunuh bakteri tersebut.
Kuncinya adalah mencocokkan bacteriophage yang cocok untuk setiap bakteri yang menjangkiti manusia. Para ilmuwan pun optimis. Dengan jumlah dan varian bacteriophage yang luar biasa banyak, mereka yakin bahwa setiap bakteri memiliki setidaknya satu bacteriophage yang dapat membunuhnya.

(Sumber: www.kompas.com)

Share:

Senin, 29 Mei 2017

Hati-hati, Merokok Bisa Bikin Anda Lebih Rentan Kanker Kulit





Peneliti Australia berhasil menemukan bukti terkuat tentang hubungan antara merokok dan bentuk kanker kulit yang umum.bDalam penelitian yang melibatkan hampir 19.000 orang dalam QIMR Berghofer Medical Research Institute menemukan bahwa perokok memiliki kemungkinan dua setengah kali lebih besar untuk mengembangkan squamous cell carcinoma (SCC) dibandingkan yang bukan perokok.
"Jenis kanker ini tidak mematikan seperti melanoma. Namun lebih umum terjadi dan tetap merupakan kanker kulit yang agak serius," kata Profesor David Whiteman yang melakukan penelitian tersebut. "Mereka bisa masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kerusakan dan rasa sakit," katanya. "Mereka sama sekali bukan kanker sepele."
Tim peneliti menemukan risikonya sangat kuat bagi yang masih perokok, dibandingkan dengan mereka yang telah berhenti atau tidak pernah melakukannya.
"Kami juga menemukan bahwa di kalangan perokok dan bekas perokok, risiko kanker kulit tidak terpengaruh oleh berapa lama mereka merokok, seberapa berat mereka merokok," kata Prof Whiteman.
Sebaliknya, tidak ditemukan bukti bahwa perokok memiliki risiko basal cell carcinomas yang lebih tinggi (BCC) dibandingkan non-perokok.
Penelitian tersebut melibatkan 18.828 orang Kaukasia di Queensland yang berusia antara 40 sampai 69 tahun dan tidak pernah didiagnosis menderita kanker kulit.
Prof. David Whiteman dan timnya melacak seberapa banyak kanker kulit yang umum terjadi dalam kelompok ini selama tiga tahun. Ini merupakan penelitian kanker kulit terbesar dan terlama di Australia.
Penelitian dimulai tahun 2010 dan masih akan berlanjut selama lima tahun ke depan. Tujuannya untuk lebih memahami hubungan genetika antara faktor risiko lingkungan dan bagaimana kerentanan seseorang yang menambah kemungkinan terkena kanker kulit.
"Kami belum mengerti bagaimana merokok dapat meningkatkan risiko squamous cell carcinoma, namun temuan ini sangat menyarankan dengan berhenti merokok, para perokok akan menurunkan risiko ke tingkat yang sama dengan mereka yang tidak pernah merokok," katanya. "Ini adalah alasan lain untuk berhenti (merokok)," tambahnya. Temuan penelitian ini telah dipublikasikan di Journal of Investigative Dermatology.

Source: http://sains.kompas.com/read/2017/05/26/195401623/hati-hati.merokok.bisa.bikin.anda.lebih.rentan.kanker.kulit
Share:

Mengapa Puasa Malah Bikin Anda Tambah Gendut?





Di bulan suci ini, semua umat Islam diwajibkan untuk berpuasa. Makan dan minum hanya diperbolehkan ketika matahari sudah tak lagi terlihat lagi di langit, tetapi aktivitas harus tetap berjalan seperti biasa.
Bila demikian, puasa seharusnya membantu menurunkan berat badan bukan? Jika biasanya makan bisa tiga hingga empat kali sehari, kini Anda harus menahan lapar dan makan hanya dua kali sehari dengan waktu istirahat yang lebih pendek.
Namun, beberapa penelitian justru menemukan bahwa berpuasa selama Ramadhan malah dapat menjadi penyebab kenaikan berat badan.
Hal ini karena memakan banyak kalori pada subuh dan malam hari, disertai dengan aktivitas yang lebih lambat akibat kurangnya energi, dapat merusak metabolisme Anda. Ketika puasa berakhir dan pola makan kembali seperti biasa, tubuh Anda tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat dan menyebabkan kenaikan berat badan.
Sebuah studi yang menganalisa 35 penelitian dari Asia Barat, Afrika, Asia Timur, Amerika Utara, dan Eropa mengenai hubungan antara puasa di bulan Ramadan dengan berat badan adalah salah satu yang mengobservasi fenomena ini.
Behnam Sadeghirad dari Kerman Neuroscience Research Center, University of Medical Sciences, Kerman, Iran, dan kolega menulis bahwa berpuasa selama Ramadhan menyebabkan penurunan berat badan yang cukup signifikan, sekitar 1,5 kilogram untuk pria dan 0.9 kilogram untuk wanita. Sayangnya, berat tersebut rata-rata kembali dalam dua minggu setelah puasa dihentikan.
Walaupun demikian, bukan berarti bahwa berpuasa sama sekali tidak bermanfaat untuk penurunan berat badan. Menurut para peneliti, selain untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, Ramadan adalah kesempatan yang baik untuk menurunkan berat badan. Akan tetapi, perubahan gaya hidup yang terstruktur dan konsisten setelah selesai berpuasa tetap dibutuhkan untuk membuat efeknya bertahan lama.
Source: http://sains.kompas.com/read/2017/05/27/110700623/mengapa.puasa.malah.bikin.anda.tambah.gendut.
Share:

Sabtu, 27 Mei 2017

Age of Extinction?




Manusia telah menghuni bumi berabad-abad yang lalu. Dengan kecerdasan dan teknologinya, manusia membangun peradaban yang seakan tak mau kalah oleh perputaran waktu. Manusia berpacu dan berlomba menjadi yang paling unggul dari yang lain. Berbagai teori, teknologi dan penemuan baru mereka ciptakan. Seakan tidak boleh ada ruang kosong di bumi tanpa menyertakan aneka macam penemuan.
Seiring waktu yang berlalu, manusia mulai lupa akan eksistensinya. Mereka mulai melakukan hal-hal yang dapat mengancam spesies mereka sendiri. Atau, bahkan menghapus cerita yang telah diukir.
Tak perlu dipungkiri, bahwa dewasa ini manusia seakan mengejar predikat juara sebagai perusak alam terhebat. Entah mereka bodoh atau membodohi diri mereka sendiri. Manusia tahu bahwa ia sangat membutuhkan alam untuk penunjang kehidupannya, baik itu untuk makan, minum atau yang lainnya. Sebuah contoh sederhana, kita dapat menyaksikan setiap saat dengan mudahnya manusia membuang sampah sembarangan, seakan tanah yang mereka pijak adalah mahakarya dirinya. Mereka lupa bahwa sampah anprganik dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah, yang imbasnya tumbuhan juga kesulitan bertahan hidup. Apa kita tidak tahu bahwa oksigen dihasilkan tumbuhan? Kita tidak tahu? Mungkin kita benar-benar bodoh atau tidak memiliki akal sedikitpun.
Lagi, setiap tahun kita dapat menyaksikan kebakaran hutan akibat tindakan deforestasi dengan alasan pembukaan lahan dan semacamnya. Lagi-lagi mereka lupa bahwa tindakan mereka dapat mengancam keselamatan jiwa mereka sendiri dan orang lain. Entah siapa yang bersalah dan siapa yang harus disalahkan.
Belum lagi perlombaan senjata di bidang militer, semisal senjata nuklir. Hal ini semakin menegaskan bahwa manusia mulai menyusun rencana untuk menghapuskan cerita mereka sendiri di atas bumi. Atas nama keamanan, keadilan, dan hak, mereka tetap ngotot membangun senjata dan berlomba-lomba menciptakan senjata canggih hingga pemusnah masal. Padahal efek dari senjata nuklir sungguh mengerikan, dengan satu ledakan dapat menghanguskan daerah ledakannya hinggak radius berkilo-kilometer. Mereka yang tidak terbunuh oleh ledakannya, harus menanggung efek psikologis yang tiada terkira. Belum lagi dampak radiasi dan mutasi gen.
Kita seharusnya tidak lupa dengan amanah yang telah tuhan titipkan di tangan kita sebagai khalifah di muka bumi, atau kita memang menginginkan nasib seperti dinosaurus. So, let’s keep our earth! (Sifa')
Share:

Homo Sapiens yang Sakit




Judul di atas bisa jadi merupakan arti sesungguhnya dari beberapa kata bahwa sebagai manusia kita merupakan makhluk pembelajar (homo sapiens) yang bisa jadi dalam kondisi sakit. Sakitnya para pembelajar seperti orangtua, para guru, atau siswa serta siapa saja yang masih sadar akan pentingnya berinteraksi, bisa jadi karena belajar merupakan proses pemanfaatan semua potensi manusia yang berpikir sekaligus merasakan.
Berpikir dan merasa ialah dua kendali yang melibatkan hati dan pikiran, sedangkan wadah untuk berpikir dan merasa ialah badan atau fisik manusia yang habitatnya selalu ingin mencoba, entah dalam bentuk bermain, bergerak, dan sebagainya.
Seseorang dikatakan sebagai pembelajar yang sakit karena hakikat belajarnya tidak terjadi keseimbangan antarahati, pikiran, dan kondisi badan.
Akibat yang muncul ialah menyedihkan, yaitu kebodohan, kemiskinan, dan pada tingkat tertentu ialah kemunafikan yang suram karena penuh kepalsuan dan kebohongan.
Mungkin ini yang sedang terjadi dalam diri saya ketika badan ditimpa kesakitan luar biasa karena kanker, jangan-jangan itu merupakan akibat dari tidak seimbangnya hati dan pikiran dalam mengelola pengalaman belajar yang sungguh kompleks dan sulit menghadang interaksi antara keinginan yang ideal dan kenyataan yang sesungguhnya terjadi.
Terus merasa dan berpikir Dalam pandangan para ahli hikmah, manusia disebut sebagai hewan yang berpikir (al-insaan hayawan al-naathiq). Berpikir (think) itu kata kerja, sebuah kerja yang menggunakan otak (brain) agar manusia dapat menggunakan akal pikirannya (mind) dalam melakukan sesuatu.
Namun, menggunakan otak saja tak cukup. Karena itu, otak perlu penuntun. Fungsi penuntun diletakkan di hati, sebuah benda yang tak jelas posisinya karena ketika kita mengatakan ‘hati’ kita selalu memegang bagian dada kita, tempat jantung dan paru-paru berada.Hati, jika tak salah, letaknya di bagian belakang dan bawah perut.Dalam bahasa agama, jika otak sudah dipadukan dengan hati, seseorang dapat disebut telah berakal (sensible), sebuah potensi yang membuat manusia berbeda dan disebut hewan yang berpikir, hewan yang memiliki otak paling lengkap dan sempurna.
Dalam laporan PubMed misalnya, sejak 1996 sampai dengan 2000, setiap tahun rata-rata dibuat sekitar 30.000 laporan penelitian dan karya ilmiah tentang otak.
Namun, ribuan ilmuwan tersebut masih mengatakan,
“There is more we do NOT know about the brain, than what we do know about the brain.” (Masih banyak yang TIDAK kita ketahui tentang otak daripada yang telah kita ketahui tentangnya).
Betapa luas Tuhan menciptakan ‘seonggok benda’ bernama otak yang begitu rumit dan sempurna. Seberapa besar pengetahuan kita dan guru-guru tentang otak?
Saya ingin membayangkan seorang tukang reparasi komputer, tentu dalam rangka menjaga profesionalitasnya akan sangat berhati-hati dalam memperbaiki dan mengisi berbagai jenis program ke dalam memori komputer. Karena itu, sudah sepantasnya jika para guru memahami fungsi otak secara baik agar mereka memiliki kehati-hatian dalam memasukkan informasi berharga kepada anak didiknya. Namun, sayangnya ini kenyataan, seseorang kadang berhasil di tempat terluar dari dirinya, tetapi gagal dalam mengelola kebutuhan kejiwaan anak-anaknya.
Perasaan sakit saya kali ini lebih banyak karena merasa gagal menjadi orangtua karena kurang hati-hati ketika dulu mencoba memasukkan memori dalam benak anak-anak. Jangan-jangan ada ribuan orangtua seperti saya yang selalu memberikan memori negatif ke dalam relung jiwa dan pikiran anak-anaknya.
Hanya mencoba Sebagai pembelajar, kesadaran sangat diperlukan untuk melihat bahwa kesalahan ialah hal mutlak yang bisa terjadi pada siapa saja. Karena itu, meskipun menjadi orang yang sempurna ialah sebuah kemustahilan, mencobanya merupakan keinginan untuk terus belajar dari kesalahan. Dalam mengajar, para guru jelas harus memiliki jiwa pantang menyerah dan terus mencoba meskipun itu salah.
Saya teringat penulis The Alchemist, Paulo Coelho, yang dalam kumpulan nasihat sederhana dan memikatnya Warrior of the Light: A Manual (2011), menulis “The warrior of the light is always trying to improve. A warrior of the light is always committed. He is the slave of his dream and free to act”.
Sebagai sebuah catatan pendek tentang betapa pentingnya menerima kegagalan, menghargai kehidupan, dan mengubah jalan hidup untuk mengubah takdir seseorang, buku itu sarat akan pesan moral tentang laku spiritual seorang pejuang sejati.
Sebagai seorang ayah, penting bagi bagi saya untuk selalu mencoba menjadi figur yang dapat memberikan teladan tentang laku-spiritual seorang ayah, layaknya para pejuang sejati seperti pernah ditunjukkan oleh para tokoh, seperti Soekarno, Hatta, Tjokroaminoto, dan Agus Salim meskipun saya tidak akan mungkin menyamai peran mereka.
Dalam konteks pendidikan secara umum, saya selalu meminta para guru di Sekolah Sukma Bangsa untuk belajar dari perspektif Joseph Campbell dalam Hero’s Journey, bahwa perjalanan hidup setiap pembelajar sejati pasti akan melalui enam tahapan penting. Enam tahapan itu, yaitu innocence, the call, initiation, allies, breakthrough, dan celebration. Sebelum seseorang dikatakan sebagai pahlawan, pasti mereka ialah orang biasa dan bersahaja (innocence). Barulah ketika mereka merasa ada sesuatu yang harus diperjuangkan dan merasa terpanggil (the call, beruf) untuk melakukan sesuatu, maka dimulailah perjalanan seseorang untuk menjadi pembelajar dan pejuang sejati.
Melalui sebuah usaha dan kerja keras serta melalui rintangan dan tantangan yang hebat (initiation), seorang calon pembelajar sejati pastilah membutuhkan teman satu visi dan misi (allies) untuk mencapai tujuan perjuangannya. Dari pertemanan inilah diharapkan akan muncul berbagai ide dan terobosan (breakthrough) yang akan memudahkan seseorang mencapai sasaran dan tujuan yang dikehendaki. Barulah setelah itu seseorang bisa dikatakan sebagai pembelajar sejati (celebration) karena dapat membuktikan dirinya berhasil dan bermanfaat bagi sesama bukan hanya karena kerja kerasnya secara pribadi, melainkan melalui sebuah kesepakatan dan bantuan teman-temannya.
Selain itu, pembelajar sejati juga penting untuk mengetahui dan menggunakan kata honesty meskipun sulit dilaksanakan.
Saya teringat penyanyi Billy Joel yang mendendangkan dengan penuh kesungguhan lagu honesty yang hits di era 1980-an. Salah satu ungkapan yang menusuk akal dan hati soal honesty dalam lagu tersebut adalah ungkapan honesty is such a lonely word. Kejujuran hanya sebuah kata tunggal, sendiri, kesepian, dan seolah memang tak punya kawan.
Kata ini dalam proses pendidikan kita memang berjalan sendiri dan kesepian karena tak dilekatkan pada persepsi siswa dan guru secara nyata dan sungguh-sungguh dalam proses belajar-mengajar.
Honesty (kejujuran) ialah pangkal segala akibat baik dan buruk kehidupan manusia. Jika diabaikan untuk dipraktikkan, dia akan berakibat negatif ke dalam seluruh aspek kehidupan kita. Sebaliknya, jika kejujuran menjadi landasan semua tindakan pembelajaran, praktik kecurangan, koruptif, perang, kerusuhan, dan sebagainya akan dengan sendirinya menghilang. Pertanyaannya adalah sedemikian sulitkah menanamkan kejujuran kepada diri sendiri dan anak-anak kita di sekolah?
Jawabannya ialah, sangat sulit, jika itu dikembalikan kepada diri sendiri, anak-anak, keluarga, dan lembaga pendidikan. Sebagai seorang ayah, selain kata maaf untuk semua anak-anak dan istri, tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali berharap semoga ada kata maaf lainnya yang tumbuh atas kesalingtergantungan satu sama lain
Sumber : http://widiyanto.com/homo-sapiens-yang-sakit/
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Kami

Blog ini merupakan media yang dikelola oleh Bidang Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) HIMAPBIO BIOSVER "Biology Organization of Islamic University of Jember (BIOSVER)", Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Jember.
Kritik dan Saran silahkan tinggalkan di kolom komentar.

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

GALLERY

GALLERY

PILIH BAHASA