Manusia
telah menghuni bumi berabad-abad yang lalu. Dengan kecerdasan dan teknologinya,
manusia membangun peradaban yang seakan tak mau kalah oleh perputaran waktu.
Manusia berpacu dan berlomba menjadi yang paling unggul dari yang lain. Berbagai
teori, teknologi dan penemuan baru mereka ciptakan. Seakan tidak boleh ada
ruang kosong di bumi tanpa menyertakan aneka macam penemuan.
Seiring
waktu yang berlalu, manusia mulai lupa akan eksistensinya. Mereka mulai
melakukan hal-hal yang dapat mengancam spesies mereka sendiri. Atau, bahkan
menghapus cerita yang telah diukir.
Tak
perlu dipungkiri, bahwa dewasa ini manusia seakan mengejar predikat juara
sebagai perusak alam terhebat. Entah mereka bodoh atau membodohi diri mereka
sendiri. Manusia tahu bahwa ia sangat membutuhkan alam untuk penunjang
kehidupannya, baik itu untuk makan, minum atau yang lainnya. Sebuah contoh
sederhana, kita dapat menyaksikan setiap saat dengan mudahnya manusia membuang
sampah sembarangan, seakan tanah yang mereka pijak adalah mahakarya dirinya.
Mereka lupa bahwa sampah anprganik dapat mengurangi tingkat kesuburan tanah,
yang imbasnya tumbuhan juga kesulitan bertahan hidup. Apa kita tidak tahu bahwa
oksigen dihasilkan tumbuhan? Kita tidak tahu? Mungkin kita benar-benar bodoh
atau tidak memiliki akal sedikitpun.
Lagi,
setiap tahun kita dapat menyaksikan kebakaran hutan akibat tindakan deforestasi
dengan alasan pembukaan lahan dan semacamnya. Lagi-lagi mereka lupa bahwa
tindakan mereka dapat mengancam keselamatan jiwa mereka sendiri dan orang lain.
Entah siapa yang bersalah dan siapa yang harus disalahkan.
Belum lagi perlombaan senjata
di bidang militer, semisal senjata nuklir. Hal ini semakin menegaskan bahwa
manusia mulai menyusun rencana untuk menghapuskan cerita mereka sendiri di atas
bumi. Atas nama keamanan, keadilan, dan hak, mereka tetap ngotot membangun
senjata dan berlomba-lomba menciptakan senjata canggih hingga pemusnah masal.
Padahal efek dari senjata nuklir sungguh mengerikan, dengan satu ledakan dapat
menghanguskan daerah ledakannya hinggak radius berkilo-kilometer. Mereka yang
tidak terbunuh oleh ledakannya, harus menanggung efek psikologis yang tiada
terkira. Belum lagi dampak radiasi dan mutasi gen.
Kita seharusnya tidak
lupa dengan amanah yang telah tuhan titipkan di tangan kita sebagai khalifah di
muka bumi, atau kita memang menginginkan nasib seperti dinosaurus. So, let’s
keep our earth! (Sifa')
0 komentar:
Posting Komentar