Pengertian Anti
Mikrobial.
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba,
khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang
dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok
parasit.Berdasarkan
sifat toksisitas selektif , ada anti mikroba yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba , dikenal sebagai aktifitas bakteriostatik dan ada yang
bersifat membunuh mikroba , dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Antibiotik
ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat
menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini
dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari
AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan
kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik.
Obat yang
digunakan untuk membasmi mikroba,penyebab infeksi pada manusia,ditentukan harus
memiliki sifat toksisitas selektif setnggi mungkin. Artinya,abat harus
bersifat sangat toksik umtuk mikroba,tetapi relative tidak toksik untuk hospes.
Sifat tokosisitas selektif yang absolute belum atau mungkin tidak diperoleh.
Antibiotika adalah senyawa kimia khas
yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup, termasuk struktur
analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat
proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada
awalnya antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa
antibiotika telah didapatkan dari tanaman tinggi atau binatang (Soekardjo,
1995). Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang idealnya hendaknya memiliki
sifat-sifat sebagai berikut: harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau
menghambat mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam
mikroorganisme yang dipengaruhi makin baik. Tidak mengakibatkan berkembangnya
bentuk-bentuk resiten parasit. Tidak menimbulkan efek sampingan yang tidak
dikehendaki pada inang, seperti reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi
pada ginjal atau saluran gastrointestin. Tidak melenyapkan flora mikroba normal
pada inang. Gangguan terhadap flora normal dapat mengaucaukan „keseimbangan
alamiah sehingga memungkinkan microbe yang‟ biasanya nonpatogenik atau
bentuk-bentuk patogenik yang semula dikendalikan oleh flora normal, untuk
menimbulkan infeksi baru (Pelczar, 1988). Antibiotika pertama kali ditemukan
oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu
zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisilin. Penisilin ini pertama kali
dipakai dalam ilmu kedokteran tahun 1939 oleh Chain dan Florey. Sebagian besar
dari antibiotika rumus kimianya telah diketahui dan beberapa di antaranya dapat
dibuat secara sintesis. Definisi dari antbiotik ialah suatu bahan kiia yang
dikeluarkan oleh jasad renik/hasil sintetis 131 semi-sintetis yang mempunyai
struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi/ memusnahkan
jasad renik lainnya (Widjajanti, 1996). Antibiotik yang efektif bagi banyak
spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum
luas. Sebaliknya, suatu antibotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu,
disebut antubiotik yang spektrumnya sempit. Penisilin hanya efektif untuk
memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin dikatakan mempunyai
spectrum yang sempit. Tetrasiclin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril
tertentu. Oleh karena itu tetrasiclin dikatakan mempunyai spectrum luas
(Dwidjoseputro, 2003). Jenis bahan kimia pembersih dan sanitiser yang digunakan
dalam industri pangan harus sesuai persyaratan yang ditetapkan. Bahan kimia harus
mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri (antimikroba). Senyawa antimikroba
adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba.
Antimikroba dapat dikelompokkan menjadi antiseptik dan desinfektan. Antiseptik
adalah pembunuh mikroba dengan daya rendah dan biasa digunakan pada kulit,
misalnya alkohol dan deterjen. Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat
membunuh mikroba dan biasa digunakan untuk membersihkan meja, lantai, dan
peralatan. Contoh desinfektan yang digunakan adalah senyawa klorin, hipoklorit,
dan tembaga sulfat (Dwidjoseputro, 2003). Antimikroba adalah senyawa biologis
atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya
mikroba perusak dan pembusuk makanan. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal
(membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal
(membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), ataupun
germisidal (menghambat germinasi spora bakteri). Keefektifan penghambatan
merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa antimikroba untuk
diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat penghambatannya
semakin efektif digunakan. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimikroba
dapat bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan
sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau
mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme
penghambatan.
mikroorganisme oleh senyawa antimikroba
dapat disebabkan oleh beberapa factor diantaranya gangguan pada senyawa
penyusun dinding sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat
menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, menginaktivasi enzim, dan
destruksi atau kerusakan fungsi material genetic (Akhanggit, 2010). Metode
difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji
aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan 3 cara yaitu metode
silinder, lubang dan cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakkan beberapa
silinder yang terbuat dari gelas atau besi tahan karat di atas media agar yang
telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan sedemikian rupa
hingga berdiri di atas media agar, diisi dengan larutan yang akan diuji dan
diinkubasi. Setelah diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan di sekeliling silinder (Dwidjoseputro, 2003). 133
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh
sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi
penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941
oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik
diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai
pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan
bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat
kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi
sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari
mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas
selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi
tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat
relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi
tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika yang
ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1.
Mempunyai
kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas
(broad spectrum antibiotic)
2.
Tidak
menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
3.
Tidak
menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi
alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
4.
Tidak
mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau
flora kulit.
Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat
beberapa mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari
bakteri, misalnya:
a.
Dinding sel :
sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan
terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok penisilin dan
sefalosporin.
b.
Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel)
dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat
penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen
(nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain).
c.
Protein sel : sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin,
aminoglikosida, dan makrolida.
d.
Asam-asam inti
(DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU, dan asiklovir
(DNA).
e.
Antagonisme
saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga
pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.
Sifat anti
mikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Umpumanya, penisilin G bersifat
aktif terutama terhadap bakteri gram positif , sedangkan bakteri gram negatif
pada umumnya tidak peka ( resisiten) terhadap penisilin G : Streptomomisin
memiliki sifat yang sebaliknya ; tetrasiklin aktif terhadap beberapa bakteri
gram positif maupun gram negative, dan juga terhadap Rickettsia dan Chlamydia.
Berdasarkan sifat ini antimikroba dibagi menjadi 2 kelompok yaitu berspektrum
sempit, umpamanya benzyl penisilin dan streptomizin, dan berspektrum luas
umpamanya tetrasiklin dan kloramfenikol. Batas antara kedua jenis spectrum ini
terkadang tidak jelas.