HIMAPBIO BIOSVER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

Jumat, 21 Juli 2017

Misteri Otak Manusia

Otak merupakan bagian dari tubuh manusia yang kompleks dan sulit untuk dimengerti. Bagaimana otak bekerja dan bagaimana otak dapat memengaruhi tingkah laku manusia? Itu salah satu pertanyaan yang hingga kini belum dapat dijelaskan dengan gamblang.
Peneliti telah menggunakan berbagai cara, mulai dari teknologi paling konvensional hingga modern, demi memecahkan berbagai pertanyaan mengenai otak manusia. Namun, hasilnya, tetap saja ada beberapa hal yang belum terurai, menyisakan misteri sampai detik ini. Berikut beberapa misteri tentang otak:

Seberapa cepat otak manusia bekerja?
Pernahkah menyadari seberapa cepat seseorang bisa mengenali wajah orang lain, lagu, bahkan bau secara instan? Setiap orang akan punya jawaban yang berbeda-beda. Namun, para peneliti bertanya-tanya, seberapa cepat otak manusia bekerja dan memproses informasi? Otak mampu menyortir berbagai informasi dengan kecepatan yang luar biasa, kemudian menghasilkan satu pemikiran, tingkah laku, atau memori.

Dari mana asalnya kepribadian?
 Pernahkah terpikir dari mana asal kepribadian seseorang? Apakah benar kepribadian seseorang ditentukan oleh otak? Ataukah kepribadian dipengaruhi oleh gen, aspek psikologis, dan lingkungan? Lalu bagaimana bisa seseorang yang berada dalam kondisi yang sama lalu dapat memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda?

Mengapa seseorang tidur dan bermimpi?
Tidur jadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, tetapi mengapa? Tidak ada alasan pasti mengapa tidur bisa mengembalikan energi seseorang. Ini masih membuat peneliti kebingungan.
Sama halnya saat seseorang bermimipi. Peneliti mereka-reka dari mana asal muasal mimpi. Sejauh ini, mimpi masih menjadi misteri yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu.

Bagaimana seseorang menyimpan memori?
Apa menu makan siangmu? Siapa pacar pertamamu? Kira-kira, di mana seluruh memori itu tersimpan sebelum secara sadar seseorang ingin mengingatnya?
Hampir seperti hard drive di komputer, memori tersimpan dalam otak. Namun, tak ada yang tahu pasti di mana memori itu berada saat seseorang tidak memikirkan mengenai memori tersebut.
Pertanyaan lainnya yang belum terpecahkan, bagaimana sebuah memori bisa hilang dan bahkan tergantikan dengan memori baru yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya?

Otak manusia seperti komputer?
Berhitung, mengingat, semua itu bisa dilakukan dengan otak. Lalu apa bedanya otak dengan komputer yang juga bisa melakukan hal yang serupa.
Otak bukanlah komputer karena fungsi otak membuat interaksi yang tak linear di antara miliaran sel. Otak manusia bisa mengalkulasikan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh komputer, seperti baik dan buruk suatu hal.

Bagaimana otak berkoordinasi?
Bagaimana seseorang bisa melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan? Bagaimana bisa orang membaca koran sambil menyeruput kopi ditambah mengetik pesan pada smartphone?
Tentu, otak punya peran di dalamnya. Otak mampu mengatur dan menyelaraskan berbagai aktivitas tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Namun, caranya masih menjadi teka-teki.

Apa itu kesadaran?
Pada saat-saat tertentu, seperti dalam kondisi tertidur, seseorang dikatakan tidak sadar. Sementara itu, saat terbangun, seseorang dikatakan dalam kondisi sadar. Namun, apa itu kesadaran?
Peneliti mengungkapkan bahwa kesadaran merupakan hasil dari interaksi kompleks yang terjadi di otak. Namun, ada pula yang berpikir bahwa kesadaran merupakan efek kuantum. Belum ada yang tahu pasti, apa itu kesadaran dan bagaimana hal tersebut terbentuk.

(Sumber: www.kompas.com)
Share:

Perangi Bakteri Modern, Ilmuwan Keluarkan Senjata Ampuh Zaman Jebot

 
Baru satu abad berlalu sejak antibiotik dianggap sebagai revolusi pengobatan dalam sejarah manusia. Namun, kini sisi buruk dari “revolusi” ini telah terungkap setelah bakteri-bakteri modern yang kebal antibiotik bermunculan di seluruh dunia.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) bahkan menyebut kekebalan bakteri sebagai “salah satu ancaman terbesar untuk kesehatan global, keamanan pangan, dan perkembangan masa kini” dan menurut Centers for Disease Control and Prevention, ada dua juta kasus dan 23.000 kematian akibat infeksi yang kebal antibiotik di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Untuk menangani hal ini, para ilmuwan pun mulai melihat kembali catatan mereka mengenai sebuah senjata ampuh dari awal 1900-an.
Disebut bacteriophage yang berarti “pemakan bakteri”, senjata ini sebenarnya tidak benar-benar memakan bakteri, melainkan virus yang menginfeksi bakteri kemudian meledakkannya dengan mereplika diri.
Kemampuan ini pertama kali diamati oleh ilmuwan Inggris, Frederick Twort, pada tahun 1915 dan dua tahun kemudian kembali dikonfirmasikan oleh pakar mikrobiologi Kanada dan Perancis, Felix d’Herelle.
Akan tetapi, bacteriophage sangat sulit untuk diisolasi, dimurnikan, dan diaplikasikan kepada manusia. Dikombinasikan dengan kemunculan antibiotik yang tersedia dalam jumlah banyak dan efektif membunuh bakteri, bacteriophage pun dengan segera dilupakan oleh dunia pengobatan.
Kini, senjata ampuh ini dibangkitkan kembali dengan nama baru, yakni terapi phage. Semakin banyak juga para pakar pengobatan yang menggunakan terapi ini untuk mengobati penyakit bakteri yang gagal diobati oleh antibiotik. Pada tahun 2016, misalnya, terapi ini terbukti mampu menyelamatkan seorang pria di San Diego yang seharusnya meninggal akibat penyakitnya. Sejak saat itu, kesuksesan demi kesuksesan dituai oleh terapi phage.
Carl Merril, mantal ilmuwan dari National Institutes of Health yang telah mempelajari bacteriophage selama 50 tahun mengatakan kepada The Washington Post 2 Juli 2017, kita benar-benar membutuhkan sesuatu untuk mengobati infeksi yang kebal antibiotik, jadi kita meniliki kembali virus-virus ini dengan pengetahuan dan teknologi yang baru.
Sayangnya, terapi phage maupun bacteriophage belum mendapatkan persetujuan meluas dari lembaga-lembaga kesehatan dunia seperti Food and Drug Administation (FDA) di AS untuk digunakan kepada manusia, kecuali dalam situasi yang mengancam jiwa seperti kasus pada tahun 2006. Namun, beberapa negara seperti Rusia dan Georgia telah menggunakannya sebagai alternatif dari antibiotik.
Cara Fiori, pakar mikrobiologi FDA, angkat bicara untuk menanggapi hal ini. Dia berkata bahwa walaupun FDA menyadari potensi bacteriophage sebagai terapi, data mengenai keefektifan terapi ini sangat terbatas, terutama karena kurangnya percobaan klinis yang benar-benar terkontrol.

Mudah ditemukan

Salah satu kelebihan dari bacteriophage adalah kemudahannya untuk ditemukan di mana saja, mulai dari selokan, air laut, tanah, sampai usus manusia. Bacteriophage juga jauh lebih banyak dari jenis virus mau pun organisme apa pun dan para peneliti mengestimasi adanya 10 juta triliun triliun bacteriophage di dunia.
“Usus kita dipenuhi jutaan bacteriophage yang terus-menerus mencoba untuk membunuh bakteri di dalam usus kita. Oleh karena itu, bakteri pun selalu berevolusi untuk menghindari phage yang mengejar mereka,” kata Robert T Schooley, ketua divisi penyakit menular di University of California.
Selain itu, berlawanan dengan antibiotik yang membunuh semua bakteri, termasuk yang menguntungkan kita, bacteriophage hanya menarget satu bakteri spesifik saja. Lalu, semakin sering digunakan, bacteriophage juga semakin sering mereplika dan semakin efektif dalam membunuh bakteri tersebut.
Kuncinya adalah mencocokkan bacteriophage yang cocok untuk setiap bakteri yang menjangkiti manusia. Para ilmuwan pun optimis. Dengan jumlah dan varian bacteriophage yang luar biasa banyak, mereka yakin bahwa setiap bakteri memiliki setidaknya satu bacteriophage yang dapat membunuhnya.

(Sumber: www.kompas.com)

Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Tentang Kami

Blog ini merupakan media yang dikelola oleh Bidang Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) HIMAPBIO BIOSVER "Biology Organization of Islamic University of Jember (BIOSVER)", Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Jember.
Kritik dan Saran silahkan tinggalkan di kolom komentar.

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

GALLERY

GALLERY

PILIH BAHASA